"Setelah mendapat sertifikat kelulusan dasar menulis, barulah saya melamar dan diterima di sebuah koran lokal," kenangnya.
Perjuangan Chairum sebagai seorang jurnalis muda saat itu mulai diterjang masalah yang lebih berat, yakni persoalan ekonomi.
Baca Juga:
Polres Asahan Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Toba 2024
Sebab, saat itu, meski sudah menjalani profesi sebagai wartawan di sebuah koran lokal hampir 10 tahun lamanya, ia tak menerima honor alias tanpa gaji.
"Dari mulai terima gaji hanya Rp75 ribu sampai akhirnya, beberapa tahun lalu menjadi Rp250 ribu," lirih Chairum mengenang.
Meski harus menjalani hidup tanpa gaji memadai dengan resiko pekerjaan yang besar, Chairum tetap eksis dan tegar serta terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Baca Juga:
Antisipasi Kecanduan Gadget di Kalangan Pelajar, Babinsa Turun ke Sekolah
Di tengah keterbatasan itu, ia memikirkan dan beroleh kesempatan untuk mendapatkan uang dari mengelola keamanan dan kebersihan pasar Sukaramai.
Bahkan, hingga saat ini, mengelola keamanan dan kebersihan Pasar Sukaramai masih dipercayakan kepadanya.
Dari sinilah, Chairum akhirnya memutuskan untuk membidani sebuah bisnis perusahan pers bergengsi.